
Menjahit Robekan Harmoni, Babinsa Hadir sebagai Penengah di Tengah Perselisihan Warga Desa Dulomo

Tilango, 09 September 2025 – Suasana siang yang teduh di Desa Dulomo mendadak terasa berbeda ketika langkah tegap Serda Irfan Suryadi, Babinsa Koramil 1315-01/Telaga, memasuki kantor desa. Hari itu ia mengemban tugas penting: menjadi penengah dalam mediasi aduan masyarakat yang mempertemukan Lina Saleh sebagai pelapor dan Santi Thalib sebagai terlapor.
Sebagai Babinsa, Serda Irfan tidak hanya hadir untuk menjalankan perintah. Ia membawa misi pembinaan teritorial, memastikan masyarakat binaannya tetap berada dalam suasana aman. Kehadirannya menjadi simbol pengayoman menenangkan, memberi arahan, sekaligus mengawasi jalannya penyelesaian masalah agar tidak merembet lebih jauh.
Mediasi itu juga melibatkan unsur pemerintah desa dan aparat keamanan. Kepala Desa Dulomo, Roni K. Hasan, bersama Bhabinkamtibmas Brigadir Anugrah Begie K., Sekretaris Desa Fariz R. Sain, dan Kepala Dusun 2, Selvia Y. K., duduk satu forum dengan pelapor. Kebersamaan itu menjadi bukti bahwa penyelesaian masalah warga adalah tanggung jawab bersama.
Persoalan bermula ketika Lina Saleh merasa martabatnya tercoreng. Ia mengadukan Santi Thalib yang dituding menyebarkan kabar miring, menuduh suaminya melakukan perbuatan yang tidak pantas. Kabar itu beredar di lingkungan sekitar, memantik ketegangan dan membuat hubungan antarwarga kian renggang.
Kepala Desa Dulomo kemudian mengambil langkah cepat dengan mengundang kedua pihak. Sayangnya, undangan yang disampaikan melalui sekretaris desa justru berujung penolakan. Santi Thalib bukan hanya tidak hadir, melainkan juga merobek surat undangan di depan mata. Sikap itu menambah luka, meninggalkan suasana yang semakin panas.
Meski kecewa, Lina Saleh tetap teguh. Ia menegaskan siap melanjutkan aduannya ke Polres Kabupaten Gorontalo jika jalur mediasi gagal membuahkan hasil. Bagi dirinya, keadilan harus ditegakkan meski lewat ranah hukum.
Di balik ketegangan itu, tujuan utama mediasi tetap berdiri tegak: menjaga agar api kecil tidak berubah menjadi kobaran besar. Forum ini dimaksudkan untuk menyatukan kembali benang yang kusut, sekaligus menjadi pengingat bahwa komunikasi yang keliru dapat merusak jalinan sosial di desa.
Dari kejadian ini, masyarakat mendapat pelajaran berharga. Bahwa setiap persoalan semestinya diselesaikan dengan kepala dingin, bukan dengan menyebarkan kabar atau memperlebar jurang perbedaan. Kehadiran Babinsa, Bhabinkamtibmas, dan aparat desa menjadi tameng yang memastikan ketertiban tetap terjaga.
Mediasi memang belum membuahkan perdamaian, namun pesan yang ditinggalkan jelas: negara tidak pernah absen mendampingi warganya. Di Desa Dulomo, Serda Irfan Suryadi dan jajaran terkait menunjukkan bagaimana sinergi bisa meredam konflik, menjaga persaudaraan, dan menguatkan kembali harmoni yang sempat retak.
Kegiatan akhirnya ditutup pada pukul 13.00 Wita dalam suasana aman dan terkendali. Meski solusi belum sepenuhnya tercapai, harapan tetap menyala agar kehidupan di Desa Dulomo kembali rukun, dan peristiwa ini menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak.
1.png)